Nahwu: Pengenalan dan Perkembangannya

Oleh: Mahdi Subrata*
Sumber Gambar: bahasa-arab.com
Ilmu Nahwu? Mungkin sudah tidak asing di telinga kita apalagi bagi mahasiswa yang mengambil jurusan Bahasa Arab. Yah, bisa dibilang ilmu Nahwu dan mahasiswa jurusan Bahasa Arab itu satu kesatuan yang mana tidak bisa dipisahkan di antara keduanya, karena mahasiswa bahasa Arab mempelajari bahasa Arab di mana ilmu Nahwu berperan penting dalam pembelajarannya hingga sekarang.

Ilmu Nahwu itu tidak muncul bersama bahasa Arab, tapi ada sebab muncul dan dibutuhkan hingga sekarang. Jadi kapan ilmu Nahwu itu muncul? Apa penyebab adanya ilmu Nahwu ini? Bagaimana keadaan bahasa Arab sebelum munculnya ilmu Nahwu? Maka dari itu mari membahas seputar ilmu Nahwu agar kita lebih mengenalnya.

Secara terminologi ilmu Nahwu didefinisikan sebagai "ilmu yang mempejari prinsip-prinsip untuk mengenali kalimat-kalimat bahasa Arab dari sisi i'rab dan bina-nya", (Jami'ud Durus, Syekh Mustafa). Namun sederhananya adalah dengan ilmu Nahwu kita bisa mengetahui bagaimana menentukan harakat akhir dari suatu kata dalam stuktur kalimat.

Ilmu Nahwu diketahui bahwa diciptakan pada awal Islam tepatnya di Iraq. Pada zaman sebelum Islam bangsa Arab tidak membutuhkan ilmu ini karena pada dasarnya sudah menjadi fitrah dan malakah bagi mereka. Perluasan dakwah Islam dan persinggungan bahasa ataupun budaya dengan selain Arab merupakan salah satu katalisator bagi terciptanya ilmu ini. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat, kebanyakan para ulama berpendapat bahwa yang pertama mencetuskan ilmu Nahwu ialah Abu Aswad ad-Dualy, seperti yang dikatakan Ibnu Salam:
(.وكان اول من استن العربية، وفتح بابها، وانهج سبيلها، ووضع قياسها، ابو الاسود الدؤلى)

Ada juga yang berpendapat bahwa yang pertama menciptakannya ialah Imam Ali r.a. seperti pendapat an-Anbary dan al-Qofaty. Alasan penamaan dari ilmu Nahwu yang mana didahului oleh Abu Aswad ad-Dualy ketika dia menyampaikan kepada Imam Ali mengenai apa yang ia buat maka disetujui olehnya dan berkata:
(ما احسن هذا النحو الذى قد نحوت)
Maka para ulama memilih penamaan ilmu ini dengan nama "Nahwu".

Seperti yang diketahui, kita bisa mengetahui bagaimana harakat akhir dari suatu kata dalam struktur kalimat. Lalu bagaimana kita mengetahui awal dan tengah dari suatu kata? Di sinilah suatu ilmu lain berperan, yakni ilmu Sharaf.

Di mana antara ilmu Nahwu dan Sharaf tidak bisa dipisahkan, bahkan dikatakan bahwa dahulu dikalangan pesantren terdapat istilah ilmu Nahwu adalah bapak dan ilmu Sharaf itu adalah ibunya. Seperti layaknya seorang bapak yang berperan dalam meluruskan kesalahan, mendidik, dan mengarahkan. Sedangkan ilmu Sharaf diibaratkan dengan ibu karena dari ilmu Sharaf-lah lahir beragam kosakata yang sesuai polanya masing-masing. Maka dari itu untuk memahami bahasa Arab setidaknya harus memahami keduanya.


Ilmu Nahwu diambil dari bahasa Arab yang mana awalnya tidak mengenal harakat maupun titik. Hal ini sangat menyulitkan untuk membacanya termasuk kalangan orang Arab. Kemudian bahasa Arab mulai berkembang dan mulai diberi titik, sehingga bisa membedakan antara satu huruf Hijaiyah dengan yang lainnya. Akan tetapi sebagian kalangan masih sulit untuk membaca, khususnya selain orang Arab, maka di sinilah kedua ilmu ini yakni Nahwu dan Sharaf berperan.

Perkembangan ilmu Nahwu tidak sampai di situ saja, karena setelah munculnya ilmu Nahwu, muncullah madrasah-madrasah yang mendalami ilmu ini sesuai dengan pemikiran dan usaha mereka masing-masing. Di antaranya dua madrasah yang terkenal yakni Bashrah dan Kufah, yang mana terkadang mereka berbeda pendapat dan kadang kala berpendapat sama dalam suatu hukum dalam ilmu ini. Akan tetapi perbedaan mereka itu dimaksudkan untuk kemajuan ilmu tersebut.

Sebagai bukti, banyak tokoh-tokoh dari kedua madrasah itu yang berperan besar dalam kemajuan ilmu Nahwu, seperti dari madrasah Bashrah yakni Sibawaih, ia membuat kitab yang menjadi rujukan setiap orang yang ingin mempelajari bahasa Arab, serta seperti Abu Ishaq. Sedangkan dari Kufah, seperti al-Kasa'i dan al-Ahmar. Biasanya bagi yang mempelajari bahasa Arab mereka akan mengambil dari salah satunya saja, akan tetapi di Al-Azhar ─ khususnya kita  mempelajari keduanya, nantinya kita sendiri memilih madrasah mana yang akan diikuti.

Manfaat yang jelas akan kita dapati setelah mempelajarinya yakni memudahkan kita memahami kedudukan sebuah kata dalam struktur kalimat dalam bahasa Arab. Yang mana kedudukan suatu kata tidak bisa dibedakan apabila kita tidak mengetahui harakat belakangnya.

Ilmu Nahwu itu hukumnya wajib bagi yang mempelajari ilmu agama Islam, karena ilmu Nahwu diperlukan di dalamnya. Bahkan kebanyakan seluruh sumber ilmu agama Islam berbahasa Arab, entah itu kitab-kitab atau dalil-dalil dalam mempelajari agama Islam menggunakan bahasa Arab. Sebagai contoh dalam ilmu Tafsir, kita bisa saja menafsirkan ayat Al-Quran hanya dengan ilmu Nahwu walaupun nanti kurang mendalam maknanya.

Dari sini kita bisa mengetahui hakikat Nahwu dan segala aspek tentangnya, yang mana di situ terdapat segala usaha para ulama yang berjuang untuk mempermudah kita para generasi anak muda dalam mempelajari bahasa Arab serta bisa kita teruskan hingga masa mendatang.[]

*Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Bahasa Arab Univ. Al-Azhar - Kairo
Editor: Fakhri Abdul Gaffar
Publisher: Syafri Al Hafidzullah

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama