Oleh: Nida Adzkiya*
Jurusan Bahasa Arab Al-Azhar sering disebut-sebut sebagai jurusan paling menakutkan karena mempelajari puisi-puisi Arab klasik dengan sejumlah kosakata yang asing di telinga. Jujur saja, saya sempat termakan stereotip itu. Saya takut menyesal karena telah menjatuhkan pilihan ke jurusan Bahasa Arab.
Syukurlah, karena ketakutan saya tidak terjadi. Mempelajari puisi Arab klasik tidak semenakutkan itu. Saya justru tertarik mempelajari para penyair Arab klasik dengan dunia imajinasi mereka yang kaya. Namun sebelum dikenalkan dengan puisi-puisi ini, kita terlebih dahulu dikenalkan latar sejarah Arab klasik tentang kabilah Arab jahiliah, batas geografis dan kondisi sosial-politik pada masa itu. Mengetahui latar sejarah sangat penting untuk memahami karya sastra yang lahir dari rahim sejarah tersebut.
Melalui sejarah, kita akan mengetahui bagaimana perkembangan sastra Arab pada setiap fasenya. Misalnya pada era jahiliah, para penyair menggunakan tema pujian (madh) untuk memuji kelompoknya dengan semangat fanatik yang membabi buta. Ketika Islam datang, para penyair hanya boleh memuji orang-orang yang memang layak untuk mendapatkan pujian.
Selain sejarah, untuk bisa memahami keindahan puisi Arab kita dikenalkan dengan disiplin ilmu Balagah yang sebenarnya sudah kita pelajari di pondok pesantren di Indonesia. Namun ketika di pondok pesantren dulu, saya pribadi tidak pernah tertarik dengan pembahasan metafora (majaz, tasybih, isti’arah dan kinayah). Namun setelah saya mencoba menerapkan pembahasan itu ke teks-teks puisi jahiliah di kampus, saya merasa tersihir dan bisa merasakan keindahan dalam puisi-puisi tersebut.
Baca juga: Diglosia Dalam Bahasa Arab
Pelajaran Balagah pun berubah menjadi pelajaran yang menarik hati saya, bahkan melembutkan hati saya. Dalam sebuah majelis talaqi di masjid Al-Azhar, Dr. Muhammad Muhammad Abu Musa menjelaskan bagaimana disiplin ilmu Balagah mampu mengasah kepekaan seseorang. Dan saya telah merasakan sendiri hasiatnya.
Selain melembutkan hati, Balagah telah membantu saya dalam soal tulis-menulis (artikel ataupun makalah ilmiah). Saya mempelajari bagaimana tulis-menulis bukan hanya tentang memindahkan informasi dan pengetahuan ke dalam bentuk tulisan, namun menyeleksi kosakata atau susunan kalimat yang paling sesuai dengan ide yang ingin kita sampaikan.
Demikianlah, bagaimana saya menemukan salah satu sisi istimewa dari jurusan Bahasa Arab yang membuat saya tidak pernah menyesal telah memilihnya. Dari jurusan ini juga; saya memahami bahwa karya sastra bukan sekedar hiburan yang dibaca saat waktu luang. Karya sastra adalah materi serius yang bisa dikaji dengan serius dengan sejumlah perangkat dan metode ilmiah.
*Penulis merupakan mahasiswi Fakultas Dirasah Islamiyah Jurusan Bahasa Arab Univ. Al-Azhar Kairo
Editor: Zulfah Nur Alimah
Editor: Zulfah Nur Alimah
Posting Komentar