Oleh: Achmad Ibnu Ibad
Pada hari Kamis, 28 November, SEMA FBA Mesir bekerja sama dengan
Dompet Dhuafa berhasil menyelenggarakan acara Takrim Mutafawwiqin sebagai ajang
apresiasi atas prestasi mahasiswa FBA Universitas al-Azhar. Acara tersebut
dilaksanakan di MyFundAction Youth Development Center Cairo. Acara yang
bertujuan untuk memotivasi, menginspirasi dan menghargai para mahasiswa FBA
tersebut dimulai pada pukul 15.00 WLK. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya,
Takrim Mutafawwiqin tahun ini istimewa karena turut dihadiri oleh Dekan
Fakultas Bahasa Arab, Duktur ‘Alaa Ganib dan perwakilan dari Dekan Dirasat
Islamiyah wa al-’Arabiyah li al-Banat, Dukturoh Manal Mishbah.
Terdapat 34 mahasiswa
peraih nilai Mumtaz dan Jayyid Jiddan yang mendaftar pada Takrim
Mutafawwiqin kali ini. Selain peserta, hadir pula para tamu undangan. Di
antaranya adalah perwakilan FORSEMA: Muhammad Zidan dan Muhammad Nashir sebagai
perwakilan FSI; Muqoddas dan Muhammad Faris Ardhika sebagai perwakilan FDI;
Wakil Ketua PPMI, Ari Pratama; dan perwakilan Wihdah, Hanifah Minhajil Hayah.
Antusiasme peserta dapat terlihat selama berjalannya acara.
Acara dimulai dengan
pembacaan al-Qur’an oleh Muhammad Syafi’i, mahasiswa tingkat satu jurusan
Linguistik Umum. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan pembukaan oleh Moderator,
Muhammad Naufal dan Lulu Lutfiyah. Dikarenakan dihadiri langsung oleh dekan
kuliah, acara berlangsung dengan menggunakan bahasa Arab Fusha. Lantas, acara
disambung dengan sambutan dari Ketua SEMA FBA Mesir, Muhammad Rizki Sugiri.
Rizki mengungkapkan, dalam bahasa Arab Fusha, rasa terima kasihnya kepada Duktur
‘Alaa dan Dukturah Manal atas ketersediaan mereka berdua dalam menghadiri
Takrim Mutafawwiqin tersebut.
Lalu, acara
dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Ketua
PPMI, Ari Pratama. Dalam sambutannya, beliau mengatakan tentang pentingnya
bersikap tawaduk dan tidak terlena dengan nilai yang didapat. Terdapat kejadian
lucu dalam sambutan Ari tersebut. Beliau mengatakan bahwa jumlah pengikut
halaman Duktur ‘Alaa di Facebook adalah 131 pengguna. Lantas, Duktur ‘Alaa
memotong dan mengatakan sambil tertawa bahwa jumlah yang benar adalah 131 ribu
pengikut.
Setelah itu, kegiatan
utama, yaitu pemberian sertifikat penghargaan kepada mahasiswa/i FBA,
dilangsungkan. Sertifikat diserahkan langsung oleh Duktur ‘Alaa dan Dukturah
Manal. Penyerahan sertifikat berlangsung dengan khidmat. Setelah penyerahan
sertifikat penghargaan, moderator menyerahkan acara kepada Duktur ‘Alaa Ganib
untuk memberikan beberapa petuah kepada mahasiswa/i FBA.
Terdapat beberapa hal
penting dalam sambutan yang dituturkan oleh Duktur ‘Alaa Ganib. Pertama, beliau mengapresiasi ketekunan
para mahasiswa/i Indonesia Universitas Al-Azhar. Beliau juga menekankan betapa
para dosen pengampu mata pelajaran kuliah sangat menyayangi para mahasiswanya.
Duktur ‘Alaa Ganib juga sempat melempar beberapa kelakar yang disambut dengan
tawa para peserta Takrim Mutafawwiqin. Beliau turut pula menjelaskan pentingnya
bahasa melalui karya sastra. Bahkan, beliau sempat menyebutkan karya-karya
Shakespeare dalam sambutannya tersebut.
Kedua, Duktur ‘Alaa Janib menerangkan tentang relasi antara bahasa
Arab dan syariat Islam. Beliau mengatakan bahwa bahasa Arab adalah satu-satunya
bahasa yang dapat mengakomodasi kompleksitas syariat Islam. Oleh karena itu,
Allah menurunkan syariat-Nya dalam bahasa Arab. Hal tersebut dimungkinkan
karena tiga faktor utama: Pertama, bahasa Arab adalah bahasa yang bersifat
ekstensif. Artinya, ia dapat menjangkau berbagai problematika syariat yang
luas. Sifat ekstensif bahasa Arab dapat dilihat, salah satunya, dari kuantitas
kosakata. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang memiliki kosakata
terbanyak di dunia. Dalam kitab al-Mufashal fî Târîkh al-Arab Qabl al-Islâm
disebutkan bahwa jumlah kosakata bahasa Arab mencapai 12,3 juta kosakata.
Jumlah tersebut sangat besar apabila dibandingkan dengan bahasa internasional
dunia, bahasa Inggris, yang hanya memiliki sekitar 1 juta kosakata.
Dikarenakan sifat
ekstensif tersebut, bahasa Arab menjadi bahasa yang dapat mencakup keseluruhan
makna. Hampir tidak ada barang atau sifat yang tidak ditemukan padanan katanya
dalam bahasa Arab. Bahkan, sepasang sinonim dapat memiliki makna konotatif yang
berbeda. Oleh karena itu, beberapa linguis Islam seperti Ibn Faris dan Abu
Hilal al-’Askariy berpendapat bahwa tidak ada sinonim dalam bahasa Arab. Hal
tersebut menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang paling sempurna. Sifat
kesempurnaan inilah yang menjadikan bahasa Arab dapat mengakomodir kesempurnaan
syariat.
Sifat bahasa Arab
yang ketiga adalah kemudahan struktur gramatikal. Kemudahan tersebut terwujud
karena kaidah-kaidah yang tertera jelas dalam ilmu Nahwu, Shorof dan Balaghah.
Mengenai poin ketiga ini, Duktur ‘Alaa juga menjelaskan bahwa tidak ada ta’khir dalam pembahasan Balaghah. Hal
tersebut dikarenakan ta’khir berarti
menganggap sesuatu yang diakhirkan tersebut “tidak penting”. Sedangkan, seluruh
tatanan gramatikal bahasa Arab dalam nahwu bersifat krusial. Oleh karena itu,
Abdu al-Qahir al-Jurjani hanya mencantumkan Taqdîm
dalam kitab karangannya, Dalâil al-I’jâz.
Ketiga sifat bahasa
Arab tersebut juga terwujud dalam syariat Islam. Hanya bahasa Arab yang dapat
mengimbangi syariat dari segi keluasan cakupan, kelengkapan makna dan
kemudahannya. Oleh karenanya, bahasa Arab dipilih menjadi bahasa yang
menjembatani firman Tuhan dengan para hamba-Nya. Duktur ‘Alaa merangkum
sambutannya dengan menjelaskan urgensitas bahasa Arab melalui hubungannya
dengan syariat Islam tersebut. Terakhir, beliau menutup sambutannya dengan
apresiasi kepada seluruh mahasiswa/i Indonesia Universitas al-Azhar. Acara
kemudian ditutup dengan doa dan foto bersama.
Tak hanya Duktur
‘Alaa, Dukturah Manal Mishbah turut pula memberikan beberapa pengetahuan
keislaman yang menarik perhatian peserta. Salah satunya adalah tafsir Al-Qur’an
dari segi tajwid. Materi ini beliau berikan sembari menunggu Duktur ‘Alaa
datang sebelum acara dimulai. Dukturah Manal memberi contoh tafsir tersebut
melalui surah al-Baqarah ayat 258. Hal yang disoroti oleh Dukturah Manal adalah
mâdd pada lafaz hâjja. Penggunaan mad dan
ghunnah menunjukkan keunggulan
Ibrahim atas Raja Namrud.
Walakhir, kedatangan Duktur ‘Alaa Ganib dan Dukturah Manal Mishbah turut menjadikan Takrim Mutafawwiqin tahun ini spesial. Duktur ‘Alaa Ganib bahkan sempat menyampaikan rasa sayangnya karena memiliki mahasiswa/i yang tak hanya tekun, tetapi juga berprestasi. Hal tersebut ia sampaikan kepada Ketua Senat FBA Mesir, Rizki Sugiri. “Saya merasa dekat dengan kalian. Hari ini saya tidak mengujungi kalian sebagai dekan fakultas. Namun, kunjungan saya kali ini sebagai ayah kalian.” ujar beliau dengan khidmat.
Posting Komentar