Esensi Penciptaan Manusia

Disarikan dari Kitab "Manusia dan Norma dalam Perspektif Islam". (Kitab Terjemah)
Karya: Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq

Oleh: Sasqia Rizqi Almas

Doc: Source from Google

Manusia akan selalu menjadi isu besar yang dibicarakan di sepanjang zaman. Tidak hanya Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq, tetapi banyak cendekiawan, filsuf, dan juga pemikir yang menjadikan manusia sebagai tema besar dalam buku-bukunya. Hal ini dikarenakan manusia menjadi poros bagi segala eksistensi. Manusia adalah tuan di alam semesta. Semua agama datang untuk manusia. Semua wahyu turun untuk manusia. Pun segala sesuatu yang ada dalam al-Quran membicarakan tentang manusia.

Bagi para malaikat, alam semesta tanpa manusia akan menjadi oase kedamaian. Sebaliknya, munculnya manusia di alam semesta ini akan menjadi sebab di mana banyak masalah timbul. Akan banyak terjadi pertumpahan darah dan mucullah kerusakan baik di darat maupun di laut. Bagaimanapun para malaikat ini tahu bahwasanya bertasbih dan mengagungkan Allah adalah tujuan akhir dari setiap eksistensi.

Dari sini, Allah menciptakan suatu makhluk yang mampu mengenal dirinya, mengetahui sekitarnya, dan mengenal penciptanya serta mengemban amanah di muka bumi. Oleh karena itu, keberadaan manusia semata-mata hanya untuk tujuan yang telah ditentukan oleh Allah, yaitu menyembah dan beribadah kepada Allah.

Yang dimaksud dengan ibadah tidak sebatas penyucian dan pengutusan sebagaimana yang diketahui malaikat. Kalimat ibadah memiliki makna yang lebih luas, yaitu suatu perkara yang mengharuskan seorang hamba mengenal yang disembahnya, ibadah yang dibangun atas dasar kesadaran serta pengetahuan, dan juga ibadah yang berangkat atas dasar pilihan hamba kepada tuhannya. Perkara inilah yang tidak ada dalam diri malaikat, di mana mereka bersifat tidak mendurhakai Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat al-Tahrim [66]: 6.

ولا يعصون ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون
"Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan selalu memgerjakan apa yang diperintahkan."

Adapun manusia adalah makhluk satu-satunya di alam ini yang bisa berkata "tidak", bahkan ketika berhadapan dengan urusan tuhan. Sebagaimana yang dikabarkan dalam surat al-Baqarah [2]: 93.

قالوا سمعنا وعصينا
"Kami mendengarkan, tetapi tidak menaati."

Sejak dulu kita menemukan para filsuf mendefinisikan manusia sebagai "hewan berbicara". Para pakar moral mendefinisikan manusia sebagai "hewan berakhlak". Para sosiolog berpendapat bahwa "manusia adalah makhluk sosial". Dan kita temukan kaum agamawan berkata, "Manusia adalah makhluk religius."

Faktanya, segala sifat di atas sesuai dengan manusia. Demikianlah, manusia masih dan akan terus menjadi pusat pembahasan dan penafsiran dalam berbagai bidang di sepanjang zaman.

#GerakanBacaBukuFBA
#BacaBuku1JamTiapMalam

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama