Adakan Bincang Santai dengan 3 Tokoh Masisir, Forsema (Forum Silaturrahmi Mahasiswa) Hidupkan Eksistensi Pendidikan di Kalangan Masisir

Dokumentasi Acara (Sumber: Dok. Sema FBA)

Sema FBA, Kairo – Manifestasi makna Pendidikan dan eksistensinya selalu menjadi topik hangat untuk  diperbincangkan di kalangan pelajar. Seperti pemaparan salah satu pembicara pada acara bincang santai – Najid Akhtiar Lc – (14/11/2019) bertempat di kafe Kangen Rumah, Hayyu Sabi’, Madinat Nasr, pendidikan menurutnya adalah hak segala bangsa dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh tiap-tiap anak bangsa. Dengan meningkatkan taraf intelektual yang merupakan bentuk konstribusi untuk mencerdaskan bangsa karena kebangkitan suatu bangsa tidak akan tercapai kecuali melalui pendidikan, “Kita sebagai mahasiswa wajib untuk memenuhi hak itu. Mahasiswa itu siswa yang ‘maha’ dalam artian siswa yang sudah duduk di universitas, sekolah tinggi sudah seyogyanya bagi semua mahasiswa, para masisir khususnya untuk memenuhi tugas dan kewajibannya dengan selalu memikul beban di pundak kita, jangan sampai mahasiswa hanya sebutan semata.” papar peraih gelar Masisir of the year 2019.

Sedangkan menurut  Wirdah Fakhiroh Fakhri, Lc, M.A pendidikan adalah hal nomor satu di semua kalangan. Ia yang menjadikan apa-apa yang ada di kehidupan ini menjadi lebih terarah. “Kalau gak mau belajar, posisi kita akan diambil. Tau kenapa Syi’ah di Indonesia berkembang luas? Karena para pelajar dari Iran berjibaku dalam menyebarkan ajarannya, harusnya kita sebagai mahasiswa Azhar yang bahkan sudah punya organisasi resmi, OIIA bisa membawa risalah dan manhaj al-Azhar di Indonesia, karena itu lebih berat dibanding hanya membuka dan mengurus pendaftaran mahasiswa baru” ujar salah satu pendiri senat FBA itu.

Dokumentasi Acara (Sumber: Dok. Sema FBA)

Lain halnya definisi menurut Agung Saputro Lc, ia mengatakan bahwa dalam pendidikan setiap orang mempunyai latar yang berbeda-beda. Ia juga menjabarkan penjelasan salah satu syair Imam Syafi’i tentang menuntut ilmu, bahwa ilmu tidak akan didapatkan kecuali dengan enam perkara; kecerdasaan, ketamakan, kesungguhan, dekat dengan guru dan waktu yang panjang. “Kita semua mengaku mencari ilmu. Apa itu ilmu? Ilmu yang kita tahu memiliki banyak arti. Di organisasi kita bisa mendapatkan ilmu, di kuliah, di majelis atau bahkan pada bisnis. Namun nyatanya ilmu yang dimaksud para ulama agar bisa menjadi ‘alim versi ulama’ berbeda” kata dewan pembina Rumah Syari’ah tersebut.


Ketika seseorang mengetahui sebuah permasalahan ia baru bisa dikatakan memahami bagian dari ilmu, dan ketika ia mengetahui seluruh permasalahan dalam suatu ilmu barulah ia dikatakan memilki satu ilmu. Derajat ilmu yang dimiliki pun berbeda, ada idraku-l masa’il dan malakatu-l-masa’il, jika seseorang sudah benar ahli dalam bidangnya ia telah sampai kepada derajat malakah tadi. Itulah sebabnya Imam Syafi’i menyebutkan enam syarat untuk mendapatkan ilmu”.

Dokumentasi Acara (Sumber: Dok. Sema FBA)

Acara yang digagas oleh Forsema yang mengusung tema “Dinamika Acara Masisir dan Urgensi Pendidikan yang Tereduksi” itu berlangsung selama kurang lebih tiga jam, dengan antusias tinggi peserta meski dibatasi hanya 10 orang per gender. “Forsema itu sudah ada sejak dahulu, sebuah forum yang dinaungi oleh gabungan keempat senat (FSI, FBA, SEMAFU dan FDI), namun ia mati suri dan baru hidup lagi akhir-akhir ini. Bukan suatu masalah dikitnya peserta karena kalian yang hadir di sini akan menyampaikan apa-apa yang diperbincangkan. Kuantitas yang minim inilah yang akan mewakilkan yang lain bahkan mewakili seluruh mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir)” papar Nasruddin Babas selaku Wakil Presiden PPMI Mesir 2019-2022 diawal sambutannya.

Adalah hal yang tidak mungkin untuk menghukumi sesuatu yang sama pada orang lain. Masing-masing individu tentu berbeda, hanya saja kuncinya jangan buang-buang waktu. Tetap fokus pada diri kita tanpa perlu mengusik orang lain dan selalu mengoptimalkan waktu. Furna Hubbatalillah, Lc selaku ketua wihdah periode ini juga menambahkan, “Kalau kalian merasa jenuh dengan dunia perkuliahan, cobalah untuk melawan. Masuk ke kampus, duduk, dengarkan. Maka akan terbiasa nantinya meskipun belum paham. Perluas relasi dengan masyarakat lokal, nantinya akan membantu kita untuk memperkaya  kosakata bahasa”. Beberapa pertanyaan dari peserta menjadi penutup acara tersebut dan diakhiri dengan sesi perfotoan.


Perfotoan bersama (Sumber: Dok. Sema FBA)


Oleh: Hanifah Nur Fadhilah

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama