Histori Wanita di Era Jahiliah

Oleh: Faradila Fahma Qodriyah dan Desi Kurniawati*

Sumber: voa-islam.com

Berbicara tentang wanita, mari kita ulas mengenai Histori Wanita di Era Jahiliah secara objektif pada belahan dunia, bukan hanya jazirah Arab. Dimana seringnya kita hanya disodorkan tentang kondisi wanita pada masa itu yang berkonotasi negatif, padahal tidak semuanya berbau diskriminasi dan penindasan terhadap wanita, ada juga sebagian negara yang menjunjung tinggi dan menghargai pendapat wanita di dalam kehidupan mereka.

Apa sih yang dimaksud dengan jahiliah? Di beberapa kitab dituliskan bahwa masa jahiliah merupakan masa dimana sebelum datangnya Islam. Mengapa dinamakan jahiliah? Bisa dinisbahkan dengan kehidupan umat manusia sebelum datangnya Islam dalam keadaan bodoh atau banyaknya ketidaktahuan, baik dari segi agama maupun ilmu pengetahuan. Mereka percaya pada hal-hal yang tidak masuk akal serta takhayul yang marak terjadi pada masyarakat. Jahiliah sendiri indentik dengan deskriminasi, perbudakan, peperangan, penyembahan berhala, dan lain sebagainya.

Masa jahiliah bukan hanya di Arab, melainkan seluruh wilayah bumi, yang mana terjadi sebelum masa kesempurnaan agama Islam. Bisa meliputi bangsa-bangsa atau negara di luar Arab, seperti Palestina, Irak, Iran, Yaman, dan lain-lain. Serta tidak semua histori wanita pada masa ke masa selalu kelam dan penuh diskriminasi.

Diskriminasi dan perbudakan untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh bangsa Persia. Di masa sekarang, mungkin orang Persia banyak berada di wilayah Iran, bahkan Iran merupakan reinkarnasi bangsa Persia masa dahulu. Wilayah Persia sendiri sering berhubungan dengan negara Arab dikarenakan letaknya yang geografis dan jalur perdagangan.

Adanya perbedaan golongan satu dengan yang lainnya, serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan, maka muncullah tingkatan kasta. Hal inilah yang mempengaruhi perbudakan. Di Persia sendiri terdiri dari tujuh kasta. Dan kasta yang paling rendah mereka tidak memiliki hak pada dirinya, artinya di sinilah mulainya terjadi diskriminasi.


Dalam budaya serta takhayul pada Habasyi dan Yaman, mereka membunuh anak laki-laki mereka dan diberikan kepada patung sebagai sesajen. Mereka percaya bahwa hal itu dapat membuat kehidupan lebih kaya. Dan dalam adab Habasyi pula dijelaskan bahwasanya nasab merupakan hal utama. Bahkan kebanyakan dari mereka mengumpulkan para lelaki dengan nasab baik dan berkualitas tinggi hanya untuk meniduri satu wanita agar memiliki keturunan yang bagus.

Sedangkan abad Bilād al-Rūm, mereka tidak tahu-menahu tentang istinja, bahkan beberapa dari mereka meniduri binatang, memakan daging mentah, meminum darah, diperbolehkan juga menikah dengan sesama mahramnya, dan diharamkan bagi perempuan untuk belajar. Sedangkan di Irak diharamkan bagi perempuan untuk mendapatkan harta warisan.

Tidak berarti pada zaman jahiliah indentik dengan peperangan, kekerasan, dan perbudakan. Bahkan ada juga kaum yang masih memuliakan perempuan. Seperti pada zaman Mesir Kuno, nasab mereka diambil dari ibu, artinya tidak semua kaum pada zaman jahiliah mendiskriminasikan perempuan, ada juga yang memuliakan perempuan. Dan pada zaman jahiliah juga wanita bisa mengambil tahta sehingga menjadi ratu serta menguasai wilayah. Masa ini merupakan masa emansipasi wanita dijunjung tinggi. Wanita memiliki posisi istimewa hingga dipercaya menjadi pemimpin. []


*Penulis merupakan mahasiswi Fakultas Dirasah Islamiyah Jurusan Bahasa Arab Univ. Al-Azhar Kairo
Editor: Syafri Al Hafidzullah

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama