Oleh: Faradila Fahma Qodriyah*
Dalam kitab Jāmi'u ad-Durus karangan Syekh Musthafa Al Ghulainy disebutkan 'Ulumul Arabiyah atau ilmu-ilmu Bahasa Arab ('ulumul lughah 'arabiyah) ialah ilmu yang dipelajari untuk menjaga kesalahan-kesalahan membaca Bahasa Arab. Ilmu ini terbagi menjadi dalam tiga belas cabang ilmu. Di antaranya: Nahwu, Sharaf, Kitabah, Ma'ani, Bayan, Badi', Arudh, Qawafi, Qardhu Syi'ri, Insya, Khitabah, Sejarah, dan Sastra. Disebutkan pula bagian yang terpenting dari ketiga belas cabang ilmu ialah Nahwu dan Sharaf.
Secara etimologi, Sharaf kerap disebut at-Tashrif yang memiliki beberapa makna: berubah, berpindah, dan bergeser. Kata ash-Sharfu (الصرف) berasal dari kata صرف - يصرف yang berarti berpindah, berubah, memalingkan atau bergeser. Istilah ini kerap dipakai oleh ulama masa abad pertengahan, seperti Ibnu Malik. Sedangkan at-Tashrif (التصريف) berasal dari kata صرّف - يصرّف yang memiliki makna mengubah. Istilah ini pun dipakai oleh ulama terdahulu seperti Khalil Ibnu Ahmad hingga pada masa Ibnu Malik.
Beberapa kata Sharaf atau Tashrif juga termuat dalam Kitab suci Al-Quran.
وَتَصرِيفِ الرِّياَح والسّحاَبِ
"Dan pengisaran angin dan awan..." (QS. al-Baqarah: 164)
Pengertian Ilmu Sharaf banyak termaktub di beberapa kitab turats. Salah satunya kitab al-Qawaid ash-Shorfiyah:
أعلم أن الصرف أم العلوم والنحو أبوها. فعليك أن تقدم الأم علي الأب، فإن الجنة تحت أقدام الأمهات
"Ketahuilah bahwa Sharaf ialah induk dari segala ilmu. Dan Nahwu ayahnya. Hendaklah kita mendahulukan ibu atas ayah, sebab surga di bawah telapak kaki ibu".
Secara sederhana, Ilmu Sharaf mempelajari tentang perubahan bentuk kalimat dalam bahasa Arab. Baik yang dapat berubah (I'rab) atau yang tidak dapat berubah (Bina') yang meliputi huruf, harakat, maupun sukunya.
Subjek utama Ilmu Sharaf meliputi kata yang dapat diubah (الإسم المتمكن), yakni kata atau nama yang memiliki arti dan dapat berubah bentuknya atau biasa disebut المعرب. Dan tidak berfokus pada kata yang tidak berubah (الأسماء المبنية), kata kerja mati (الأفعال الجامدة), kemudian yang terakhir mengenai huruf.
Dalam konsepnya, Ilmu Sharaf konsen terhadap tata cara perubahan kata. Contohnya perubahan dari kata kerja menjadi kata benda, kata abstrak, subjek, objek, dan lainnya. Yang berdasar pada wazan (pola kata) yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kaidah Bahasa Arab.
- Perkembangan dan Penemu Ilmu Sharaf
Sebagai salah satu cabang ilmu Bahasa Arab yang dianggap sangat penting, Ilmu Sharaf berkembang sendiri secara terpisah dari Ilmu Nahwu. Perkembangan terus berlanjut hingga abad 14 Hijriyah. Hingga pada suatu hari, linguistik Arab bertemu dengan linguistik Barat. Dari sanalah munculnya kemiripan antara Linguistik Arab Klasik dengan Linguistik Modern.
Ulama terdahulu belum menetapkan siapa yang pertama kali meletakkan Ilmu Sharaf ini. Sebab dahulu Mereka beranggapan bahwa Sharaf bagian dari Nahwu. Keduanya belum dibedakan dan dipisah, pun mulanya kerap dijuluki Ilmu Nahwu.
Baca juga: Nahwu: Pengenalan dan Perkembangannya
Kemudian Muadz Ibnu Muslim al-Harra ditetapkan sebagai ulama yang meletakkan Ilmu Sharaf. Namun pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Ulama yang pertama kali mencatat peletak pertama ialah Imam Abu Abdillah Muhamad bin Sulaiman al-Kafiyaji. Yang menyatakan peletak pertama ialah Muadz bin Jabal RA. Namun Imam as-Suyuti selaku muridnya mengomentari bahwa gurunya tidak menyatakan apapun mengenai siapa penemu pertama Ilmu Sharaf. Akhirnya, setelah perdebatan panjang, Imam as-Suyuti menyebutkan Muadz Ibnu Muslim al-Harra sebagai penemu Ilmu Sharaf (w. 187 H).
Dalil yang dipakai Ilmu Sharaf tidak lain berasal dari Al-Quran, hadis Nabi, Syair Arab, Prosa, dan juga ilmu-ilmu yang berhubungan dengan kaidah Nahwu.
- Faedah Mempelajari Ilmu Sharaf
Adapun manfaat mempelajari Ilmu Sharaf sebagai tolak ukur dalam mempelajari Bahasa Arab adalah sebagai berikut:
- Mengetahui bentuk dasar suatu kata dengan segala perubahan-perubahannya. Misal bentuk fi'il madhi (kata kerja lampau) merupakan "akar kata" berubah menjadi fi'il mudhari' (kata kerja sedang berlangsung). Contoh كتب (telah menulis) berubah menjadi يكتب (sedang menulis). Dari sini kita tahu bahwa bentuk dasar dari يكتب ialah كتب.
- Mengetahui perubahan makna dari perubahan kata dasar. Contoh: غفر (mengampuni) ketika menjadi استغفر maka artinya memohon ampun.
- Mengetahui perubahan fungsi suatu kata. Misalnya: kata kerja lazim (intransitive) berubah menjadi muta'adi (transitive). Contoh: جلس (duduk) menjadi أجلس (mendudukan).
- Membantu seseorang dalam rangka melacak makna atau arti suatu kata dalam kamus. Contoh: kata مَخْبزٌ (toko roti) berasal dari kata خَبَزَ.
- Membantu penerjemah agar menemukan makna atau arti yang tepat. Contoh: ق (kata perintah yang berarti jagalah). Asal katanya dari وقى.
- Pentingnya Mempelajari Ilmu Sharaf
Ketika kita mempelajari Bahasa Arab, Ilmu Sharaf merupakan bagian terpenting yang tidak bisa kita lewatkan. Ilmu Sharaf juga salah satu bagian dari unsur bahasa yang menunjang keberhasilan pembelajaran Bahasa Arab di lembaga formal, seperti sekolah dan kampus, atau nonformal seperti kursus Bahasa Arab. Pembelajaran yang kerap diterapkan di pondok pesantren pada umumnya dimulai dari kitab al-Amtsilah at-Tashrifiyah, al-Qawa'id ash-Sharfiyah, dan al-Qawa'id al-I'lal.
Dengan kitab al-Amtsilah at-Tashrifiyah santri dikenalkan dengan contoh-contoh kata kerja yang disebut fi'il beserta bentuk-bentuk perubahannya. Tujuan utama dari kitab tersebut yakni santri mampu mengetahui akar kata dalam Bahasa Arab serta perubahannya dari satu bentuk ke bentuk lain. Oleh sebab itu, proses pembelajaran yang diterapkan berupa menghafal perubahan kata pada tashrif istilahi yang terdiri dari enam bab.
Di antara tujuan pembelajaran Bahasa Arab di pondok pesantren tidak lain sebagai refleksi agama Islam dan sebagai studi Islam. Untuk memahami kitab-kitab Akidah yang asli dan berbahasa Arab. Seperti kitab Tafsir, Fiqih, Tauhid, Akhlak dan kitab turats lainnya. Serta pemahaman dalam memahami Al-Quran dan hadis Nabi sebagai pedoman hidup. Dengan memahami cabang ilmu bahasa yang salah satunya Ilmu Sharaf ini, maka akan sangat membantu kita dalam memahami kitab-kitab tersebut.[]
*Penulis merupakan mahasiswi Fakultas Dirasah Islamiyah Jurusan Bahasa Arab Univ. Al-Azhar - Kairo
Editor: Ummu Maghfiroh
Publisher: Syafri Al Hafidzullah
Editor: Ummu Maghfiroh
Publisher: Syafri Al Hafidzullah
Posting Komentar